AKU LABUHKAN CINTA DI BUMI KATULISTIWA

Ketika langkah hati kita tiada lagi berjarak, membasuh keraguan dan menghampar pasir waktu dari titik nol kehidupan, sehingga kerajaan kecil di harum bumi katulistiwa, kiranya telah mengukir noktah baru dalam lembar putih dari diary cintaku.

Aku tulis namamu di dalam relung hati, aku lukis pesonamu di taman indah buana jiwa dan aku rajut bahtera dengan sutera asmara yang indah, sehingga laksana insan yang bermesra sepasang, kiranya hanya dengan keharuman cintamu aku telah menghalal syahdu di lepas keremajaanku.

Kunjungi juga
https://bakot-aldino.blogspot.com/2016/06/atiek-satu-cinta-untuk-setia.html?m=1

Kucoba merenung diri dan berpasrah hati pada sang penguasa bumi, adakah hadiah terindah ini hanya ilusi ataukah bumbu syahdu dari indahnya mimpi, namun nyatanya keraguanku seketika sirna, bahwa bermesra di keharumanmu bukanlah fatamorgana, sehingga laksana bukit kelam yang tiada pernah letih pamerkan pesona alam, kiranya dengan cintamulah hatiku telah mendapat kedamaian.

Karena apalah guna bila penuh secanting madu yang pernah kita reguk, namun sekejap  perpisahan nyatanya laksana secawan racun yang menjalar badan, sehingga manalah mungkin hatiku rela berpaling, apabila keikhlasan dari cintamu akanlah slalu bersanding.

Maka sentuhlah kesepianku, seperti saat saat indah di jauh puratan waktu, manakala angin semilir menyisir rambut urai melambai, meredup sayu bolamata di binar keindahan dan lintas bandongpun mencakar haluan, melahap kapuas di hening alir.

Duhai Sayang.
Semula aku tiada pernah menyangka bila di hujan rindu di hari yang silam, kiranya akanlah menuai manis di hari ini, sehingga laksana melangkah di bingar taman alun yang tiada pernah terhenti air mengucur, kiranya hanya dengan do,a do,amu laju hidupku menjadi subur.

walau aku tahu bahwa cinta yang sejati adalah sebuah kasih sayang yang tiada mencapai kesempurnaan, namun dengan cintamu nyatanya telah aku temukan surga di sepanjang kehidupan, sehingga laksana di panen sawit yang berlimpah minyak, kiranya dengan alir sayangmu kerianganku semarak di lumbung nikmat.

Maka simpanlah manismu di ujung bibir, niscaya bunga yang merundukpun akanlah tersenyum, seperti purnama yang bersembunyi di remang mega, walau tiada sempurna namun tiada mengurangi keindahannya.

Karena bukanlah rindang si buah langsat ataupun panen tengkawang di julang lebat yang akan membuatku nyenyak terlelap, namun dengan kesetiaan dalam berkasih sayanglah niscaya akanlah terhapus semua kesedihan.

Duhai Sayang.
entah siapa sebenarnya engkau, hingga pujian dan sanjunganku melebih dari pada penguasa kehidupan, hingga di kala datangnya malam kiranya lelapku terhadang hanya untuk membayang pesonamu seorang.

Masihlah aku ingat di saat itu, manakala rembulan penuh tersenyum di alir kapuas, ia berlomba menari di pesta pamer cahaya, ia begitu indah laksana pesona kuning istana qadriah, ia begitu gagah laksana tugu katulistiwa yang menjulang perkasa menunjang nirwana dan ia begitu jelita seperti dirimu yang telah membuat laju hidupku menjadi sempurna.

Sehingga lirihku sirna di terpa badai bahagia,  manakala sebaris senyuman telah merangkul hatiku dengan rasa cinta dan bahtera itupun telah menjadi surga manakala paduan darah sealir kiranya telah hadir menjadi menyempurna takdir.

Walau terkadang kadar cinta dahsyat teruji, mencoba mengguncang dan mengiris bahtera kasih, namun alir sayangmu senantiasa mencegah hati,  untukku lepas belenggu dari jerat pencuri rindu yang mencari nikmat di tebal saku.

Maka biarlah aku terjang badai kehidupan dengan gayuh cintamu sebagai penopang, aku dayung perahu kasih hanyalah untuk membuat cinta kita tetap lestari, karena hatiku tiada akan pernah gentar walau aku harus berjalan di antara rimbun semak dengan mata buas tajam mengintai, jiwaku tiada akan pedih walaupun harus melangkah di atas panas batu hitam perut bumi dengan telanjang kaki.

Ya Tuhan
Aku tiada akan pernah meminta cinta sebanyak bintang selangit penuh berpijar ataupun  bergunung batu yang tiada mengerikil, namun cukuplah satu hati yang tiada berjarak, hingga saatnya butiran waktu mengikis takdir layu dari laju hidupku.

Karena walaupun seribu bidadari datang menjelma ataupun sejuta pangeran datang menghadang langkah, niscaya hatiku akanlah slalu tegar, bertumpu pada satu hati yang di sebut cinta sehingga manalah mungkin hatiku rela berpaling, apabila keharuman sayangmu slalu bersanding.

maka janganlah engkau membuat hatiku menjadi murung, dengan duduk merunduk mengais sayangmu di sisa embun, seperti pesona rumah apung yang terdekap kapuas di pekat bintang dan biarlah selamanya aku yang berjuang, mendodos dan memetik berkeping bintang, hingga tiba saatnya sang waktu memberi senyum, membayar payahku dengan bertandan kebahagiaan

Kini biarlah selamanya aku menjadi pandawa untuk membimbing dan memayungi hari harimu di terik bingarnya dunia, hingga tiba waktu kita untuk sama berbaring menghirup angin di hembusan napas terakhir dan kisah cinta kitapun menjadi khatam, melegenda mesra di setiap lentik jemari tangan. 
- P U J A N G G A -

1 komentar: