006 - JEMPOL DAN KELINGKING

Mengapa kemarau tidak jua terhenti, sedang hausku bagai tiada tertahan lagi, engkau yang datang membawa setitik air dalam kesejukan, namun ternyata hanyalah percikan anggur yang memabukan, entah sejak kapan rasa ini hinggap dalam relung jiwa dan semua ini telah membuatku gila, sungguh aku menyayanginya..

Aku sungguh tergoda akan manisnya asmara cinta, engkau yang datang dengan berjuta pesona, sungguh membuatku seakan lupa dan tiada ingin terpisah, ada sayang kala dalam buaian, ada rindu saat kau jauh dariku dan rasaku bagai tiada menentu saat dalam kesendirian..

Berjuta janji beribu harapan seakan semerbak taman sari, namun alangkah kelam nasibnya badan disaat semua sayang tercurahkan ada sekuntum bunga yang masih engkau simpan, kejaaaam..

Kini lanhkahku gontai, anganku pun melayang, kini nasibku bagaikan jempol dan kelingking tangan, yang terlihat mendekat namun tiada dapat beriringan, kini biarkanlah aku sendiri dan maafkan bila sinaranku tiada dapat menemanimu lagi.

Hatiku luluh jiwaku rapuh, pandanganku kelam, sekelam nasibku yang kini menghampiri badan, sehingga kini aku sendiri, berlalu pergi dengan membawa derita hati dan biarkan aku membentang tangan di atas tebing yang tinggi menjulang dan berpasrah akan nasibnya badan..