Kulihat sudah bulan mengambang,
tersenyum indah tiada berkawan, bagai buku hatiku yang tiada
berlembar, dari indahnya cinta yang perlahan engkau tinggalkan..
Mungkinkah aku salah karena terlalu mencinta ataukah aku berdosa, karena terlalu menyayang, sedang dawai dipuncak impian masihlah bersenandung mesra disetiap tidur malam..
Engkau yang membalut lukanya hati dikala djiwaku tergores rasa pedih, engkau
yang membendung aliran duka disaat hatiku terbenam dalam derita..
Namun mengapa kini hatimu menjadi beku, dingin bagai gumpalan salju dan tiada lagi peduli akan perasaanku, hingga bagai burung terbang malam, cintaku melaju dengan tiada tempat singgahan..
Duhai sayang..
Entah berapa banyak hatiku
menginginkan cintamu, sungguh tiada terhitung olehku, hingga bagai gemerlap
pesta bintang, gemuruh hatiku telah menggunung oleh napas
kerinduan..
Namun kini hujan rindu telah berganti kabut bisu, hatiku tergelincir pada terjalnya karang cintamu yang rapuh, hingga panen bahagia yang aku impikan, kiranya hanyalah patahan ranting usang yang berserak diterpa debu kemarau..
Duhai sayang..
Entah sampai kapan engkau menghukum
hatiku dengan cinta, sungguh aku tiada kuasa memikulnya, kkarena aku slalu
mengharapkan, bintang hatiku tiadalah pupus akan cahaya..
– K E I N D A H A N –