Ketika diam
menjadi pilihan, terasa hidupku bagai tiada berkawan, hingga laksana tiada
semilir angin yang menyejuk, tiada purnama yang menerang, hanya senandung lirih
yang kian menggores rasa pedih.
Tiadakah kau dengar ayat ayat cinta yang bersenandung nada indah, yang
menggelora dalam jiwa, yang menebar nuansa bening dari sebuah harapan yang kini
engkau abaikan.
Bila memang sudah tiada suka, mengapa dulu engkau menggoda, bila memang tiada
sayang, mengapa dulu engkau memberi harapan, sungguh hatiku terbenam pada
kepiluan.
Maka usahlah engkau berdusta bila hatimu berkata cinta, karena bila kejujuran
yang engkau katakan untuk sebuah perpisahan, rasanya tiadalah mungkin airmatamu
akan berlinang.
Kucoba memahami akan sikapmu, kucoba mengerti akan maumu, namun engkau semakin
membisu, hingga engkau belenggu asaku dan engkau membenam impianku.
Maka tiadakah engkau dengar kata hatiku yang disetiap detak napas slalu
bertasbih namamu, haruskah kulepas nyawa atau kualirkan seluruh darah hingga
engkau percaya, bahwa cinta untukmu sangatlah
- N Y A T A -