LIONTIN KEMBAR


Ketika aku datang disaat engkau menghias bingkai kehidupan, disaat itulah aku mengerti, bahwa cintamu telah terhenti dan tiada untukku lagi.


Engkau yang tertawa diantara meriahnya pesta, melangkah dan menari dengan bertabur bunga suci, namun mengapa masih kulihat liontin kembar yang berpadu dengan liontin yang aku pakai.

Masihlah kuingat disaat itu, manakala balon gelembung yang kita tiupkan terbang dan pecah menyiram, hingga tiada sanggup untuk mencapai awan, seperti cintamu, seperti janjimu, yang begitu manis dalam ucapan, yang begitu indah dalam pandangan, namun terlalu rapuh untuk menahan badai kehidupan.

Sehingga bagai bermandi salju, hatiku beku, bagai menelan pisau, jiwaku terluka, hingga tiada dapat aku menahan butiran kaca yang membasah wajah, dikala melihatmu bermandi cahaya dalam gemerlap pesta.

Cintaku memang tiada sempurna, namun untuk melihatmu tersenyum, aku rela hidup dengan menderita, walaupun liontin kembar masihlah kulihat terpakai, namun cinta bagiku kini telah usai.

Kini biarlah aku pergi, meniti jalan cinta yang lirih, jalan yang tiada bertopang penyangga dari kepingan hati yang terluka, hingga tiada lagi kulihat dusta dari cintamu yang kini telah menjadi
– K E L A B U –