SERPIHAN PILU DARI NODA CINTAMU

Sudahlah lama kupendam kecewa, akan dirimu yang aku cinta, namun mengapa pintu hatimu tiada jua terbuka, hingga tiada mendengar jeritan dalam jiwa.

Haruskah kupergi dengan tiada bersapa lagi, agar engkau mengerti akan hatiku yang terbalut derita, sedang diamku bukanlah sebongkah gunung salju yang dapat bertahan dari kerasnya badai pilu.


Hatimu adalah surgaku tempatku bermanja dalam buaian asmara, jiwamu adalah teduhku tempatku bersandar bernaung rindu, namun mengapa kini istana menjadi neraka dikala seatap namun hati tiada sejiwa.

Bukan aku tiada percaya akan sumpah, bukan aku tiada mengerti akan janji, samun salah berulang tiadalah dapat aku maafkan, hingga bersabar hati semakin menenggelamku kelautan pedih.

Bagai air jernih mengalir ditelaga, engkau mengecap mesra rayuan buaya, hingga tiada puas engkau menebar pesona dengan tiada menghirau akan pilu yang aku rasa.

Kini biarlah aku pergi dengan membawa luka hati yang pedih, dengan menggenggam segumpal kisah dari indahnya cinta yang kini telah ternoda.

Bukan karena tiada sayang dirimu aku tinggalkan, bukan karena hilang cinta langkah kakiku kembara, namun engkau telah membenamku kedalam lautan kecewa, hingga indahnya rajutan cinta kini harus
- T E R N O D A –