BENINGNYA TELAGA CINTA BUNDA

Duhai Bunda?..
Tiada sesal aku terlahir, walau laju hidupku harus terlunta ditanah yang kering, karena payung sayangmu tiada henti meneduhku, dari derasnya hujan duka yang melanda didalam jiwa.

Rasanya tiada mampu aku ungkapkan, akan sejuknya muara kasih, yang tiada henti engkau alirkan, hingga lembah tandus dalam jiwa menjadi subur, tersemai lembayung do,a darimu duhai Ibunda.

Karena engkaulah tempatku bermanja, dari terjalnya asmara yang begitu dahsyat melanda jiwa, karena engkaulah tempatku bercurah, dari curamnya takdir diri yang tiada henti menggores hati.

Duhai bunda?..

Engkaulah belahan jiwa yang mendekap tubuhku dengan selimut do,a, yang akan menggetar hati dikala aku terluka, yang begitu tajam akan naluri, hingga tiada mampu terlelap dikala hatiku dilanda pedih.
Duhai bunda?..

Walau raut wajah kian mengerut, namun sayangmu tiada pernah surut, walau ragamu menjadi ringkih, namun lembutnya belaianmu, sungguh telah menjadi penawar dari laju hidupku yang pedih.
Duhai bunda?..

Bukan aku telah hilang akan budi, bukan pula tiada ingin menara senyum dan banggamu menjulang tinggi, namun rebahnya takdirku, tiada kuasa untuk menjadi penyangga, dari kokohnya dinding airmata yang harus tertumpah diusiamu yang senja.

Kini ampunilah aku dari segala tingkah yang salah, dan maafkan atas segala dosa yang tiada mampu menjadi permata, dari indahnya impianmu dikala kau timang aku dengan manja.

Hingga pintu dari fajar harapan akanlah membentang lebar, untuk membuka gerbang bahagia, dengan perisai restu dan limpahan do,a, yaitu darimu duhai bundaku
– T E R C I N T A –