TELAGA CINTA YANG TERNODA

Ketika gelombang asmara tiada lagi bersapa ramah, bagai ranting patah hatiku berduka, bagai daun berterbang jiwaku melayang, terhempas dan terbuang kelembah duka yang teramat curam.

Disini, masih kuingat seraut wajah polosmu yang begitu bening bagai embun, yang begitu mesra akan cinta, hingga bagai daun jatuh melayang, jiwaku terbang dan berenang diantara aroma cinta yang engkau semaikan.

Engkau yang pernah membalut luka dihati, namun entah mengapa kini engkau begitu tega berlaku keji, hingga bagai terdampar dalam jerat nelayan, aku tiada kuasa meronta, terikat dan terpasung dalam lingkaran asmara duka.
Entah hendak kemana biduk asmara harus kugayuh, sedang gelombang samudra cintamu sudah tiada menjadi ramah untukku, entah kepada siapa aku bersandar diri, sedang teduhnya payung cintamu sudah tiada untukku lagi.

Duhai sayang?.
Bila gelapnya awan hanya sementara, namun mengapa langit mataku tiada henti mengalir butiran duka, entah sampai kapan aku begini, entah sampai kapan aku menahan pedih, sedang untuk merajut benang kasih, rasanya maafku sudah tiada lagi.

Kini biarlah kupendam dusta dari indahnya celoteh asmara, kubuang dan kulupakan, hingga jiwaku tiada lagi berkubang dalam beningnya telaga kasih yang kini telah engkau
– N O D A I –