SEPAYUNG CINTA SELADANG DERITA


Bergugurkah sudah daun2 kerinduan dari teduhku dirindang harapan, disaat cinta harus terpasung dalam penderitaan, disaat sayang harus terjungkal pada tebing keangkuhan.


Mengapa cinta kita harus begini, terperosok jauh kerimba yang pedih, hingga siapa saja menyalahkan akan kegilaan yang kita rasakan, hingga siapa saja membenci akan cinta yang sama kita hadapi.

Tiada pantaskah cinta bersanding, hingga begitu banyak hujatan yang mencerca kesetiaan, sedang pertemuan yang berbuah kasih sayang kiranya sudah menjadi rencana tuhan dan tiada mampu kita hindarkan.

Karena sesungguhnya cinta itu datang laksana sebuah ilham, yang tiada membeda jelata ataupun bangsawan, namun mengapa kasta menjadi penimbang, hingga cinta kita harus terenggut dan terpisahkan.

Duhai penguasa?.
Janganlan karena bersorban dewa lalu mata hatimu menjadi buta, karena langitnya cinta akan menjadi hampa, bila tiada bumi sayang yang menjadi penyangga, karena bunga tiada menjadi indah bila tiada sang surya menyinarinya.

Duhai sayang?.
Biarlah bumi menjadi murka ataupun langit hilang cahaya, namun cinta untukmu tiada akan menjadi pusara, karena aku akan tetap disini, menanti dibawah cakrawalaku menjadi sepi.

Karena aku tau cintamu tiada punah untukku, begitu juga aku yang tiada mampu menghapus kerinduanku,

karena sesungguhnya cinta ini tiada akan pergi dari dasar hati yang sama kita singgahi dan ketahuilah, bila cinta kita tiada bersama, niscaya hatiku tiada akan menerima cinta yang berbeda.
karena engkaulah kesempurnaan cinta dalam hidupku dan aku akan bahagia walaupun harus mati dalam genggaman
– C I N T A M U –