Ketika detak nadi tiada lagi berpacu,
terhenti aliran darah, terkubur harapan jiwa, hanya hembusan dingin dari raga
terbaring, yang terbujur lemah dengan tiada lagi mampu berkata.
Kunjungi juga
https://bakot-aldino.blogspot.com/2018/06/hatiku-berduka-dihamparan-karang-cinta.html?m=1
Mataku belumlah puas menyinta, jiwaku
belumlah puas menyayang, namun mengapa dengan tiada mengucap sepatah kata
diriku engkau tinggalkan, sehingga dimusim dingin yang tiada bersalju, kiranya
telah membuat jiwaku terlelap dalam impian semu.
Karena walaupun aku hanya berada
dibumi kecil dari kehidupanmu, kiranya dengan cahaya cintamu telah menerangi
pekatnya jalan hidupku, sehingga barulah kini aku sadari, bahwa sesungguhnya
sayangmu bukanlah seonggok debu yang hanya mengotori sayap sayap kasih yang
engkau singgahi, namun kiranya sebuah kilau permata yang slalu menerang
disetiap insan yang redup akan kasih sayang.
Papa..
Bukan aku tiada melihat dikala engkau
terjaga sebelum ayam jantan terbahak, bukan pula aku tiada mendengar dikala
desah keluhmu yang menahan pegal melemah tulang, namun apalah dayaku yang telah
kalah oleh semangatmu, yang tiada ingin terdiam untuk melihat lelapku banjir
senyuman.
Karena engkaulah maha guru yang telah
mengajariku banyak ilmu, yang telah membuatku tegar dari setiap tamparan yang
menerpa kehidupan, sehingga manalah mungkin aku terlelap dengan mantra
keindahan, apabila tangan lembutmu tiada lagi memanja diriku dengan belaian.
Papa..
Papa..
Kusebut namamu disetiap bait do’aku,
kurenung wajahmu disetiap senja menjemput malamku, sehingga walaupun kini
diriku engkau tinggalkan namun nyatanya jejak sayangmu terlalu berharga untuk
terlupakan.
Kini hanya gambar usang yang indah
terbingkai, yang slalu mengingatkan pada sebuah kenangan, manakala disaat
terakhir engkau memanja diriku dengan kasih sayang dan seketika menghilang
dikala alam mulai ramai.
Entah bumi yang mana harus aku jejaki,
manakala langit sayangmu tiada lagi memayungi, sedang tanpamu hidupku laksana
benang kusut yng bersimpul tiada berujung, kujalani hariku dengan setumpuk
rindu yang menggunung.
Kunjungi juga
https://bakot-aldino.blogspot.com/2018/06/hatiku-berduka-dihamparan-karang-cinta.html?m=1
Sehingga tiada lagi rangkaian indah
yang dapat melerai lelah, tiada lagi belaian mesra yang membuat tidurku
terlena, hanya puing puing penyesalan dari noktah hati yang terkadang
bersimpang, yang karena serakah akan sayang kiranya jiwaku terlarut dalam
kedukaan.
Karena tiada segunung api yang dapat
memberiku kehangatan, tiada selaksa lembah yang mampu memeberikanku kesejukan,
namun selembar pelepah dari keridhoan sayangmulah yang membuat hatiku tentram.
Papa..
Kini engkau telah berpulang, berhangat
dibumi yang merah dengan senyuma, kiranya hanya do’a do’a kebaikan yang mampu
aku panjatkan, untuk membuatmu sklalu tersenyum disurganya tuhan.
Maafkan aku papa yang tiada mampu
menjadi penyangga disaat engkau menderita, maafkan aku papa yang tiada mampu
membuat mimpi mimpimu menjadi sempurna, maafkan aku papa yang tiada mampu
membuatmu tersenyum sampai usiamu menggunung.
Ya allah..
Mengapa engkau ciptakan duka pada
hatiku yang terlalu besar mencinta, sehingga lemah lunglai hatiku terkapar,
mengais rindu yang tiada mampu terwujudkan.
Duhai papa..
Walau jalan yang engkau lalui begitu
singkat, namun cinta untukmu niscaya tiada akan pernah berkarat, karena
engkaulah persembahan cinta yang luar biasa, yang tiada siapapun dapat
menggantikannya, sehingga sudah sepantasnya bila surga menjadi rumah kedua untuk
tempatmu