SENYUMAN TERAKHIR


Ketika sayap sayap bunga silih berganti bergugur, menenggelam kemesraan menyisa kepahitan, seperti nasib cintaku yang tiada pernah ramah di pelukan asmara, hingga laksana hujan debu yang tiada berkesudahan, hatiku terbenam ke palung sendu yang menyakitkan.


Mungkinkah aku yang telah menjadi serarah setelah mendapatkan cinta, hingga ke egoisan melambung menjadi curiga, sehingga dengan tiada mengerti akan keagungan cinta, kiranya engkau ciptakan neraka pada hatiku yang tegar mencinta.

Namun mengapa cinta yang suci harus tersakiti, sedang di setiap detak dari hitungan hari, kiranya cinta dalam hatiku tiada pernah pergi, maka apalah guna cinta ini di pertautkan, bila kenangan manis kiranya hanya menyisa dendam.

Tiadakah engkau menyadari bahwa untuk kebahagiaanmu telah aku relakan satu jiwa menangis karena cintaku, namun mengapa keindahan dari berlembar sanjungan yang engkau janjikan, kiranya lebihlah berkesan dari apa yang sedang kita jalankan.

Perih rasanya disaat hati yang telah terbakar gelora, kiranya harus menjadi pelipur lara dari kisruhnya alam cinta, sehingga laksana denting koin yang jatuh menggelinding, kiranya cintamu hanyalah indah dalam semusim.

Semula kukira hatimu lebih berbudi, namun nyatanya hanya goresan sembilu yang menyayat hati, sehingga aku yang telah berenang di telaga asmara, kiranya harus menjadi berduka manakala dengan begitu murahnya engkau membagi kisah indah.

karena bila saja aku tahu bahwa cintamu hanyalah selingkar kaki berpijak, niscaya tiadalah mungkin bumi kasihku turut berderap, sehingga aku yang riang terbuai kemesraan, kiranya harus menjadi berduka manakala tertikam aksara mesra yang runcing menajam di ujung lisan.

Sehingga sesalku tiada berkesudahan, menyisa pahit di pekik hati yang menjerit, manakala aku tahu bahwa engkau telah begitu murahnya menukar kisah indah, kepada cinta yang membelukar untukmu jelajah.

Karena walaupun cinta itu belumlah menghalal, namun penderitaan dari sebuah perpisahan sungguh sangatlah menyakitkan, sehingga laksana di setumpuk dahan kering yang hangus di perapian, kiranya di pahit kedustaanmu masihlah menyisa debu debu kerinduan.

Maka janganlah engkau menakar kasih sayang, dari syahdunya lisan yang mesra membual, karena sesungguhnya kesucian cinta tiadalah terletak pada indahnya persona yang menggugah selera, namun dari pancaran jiwa yang membuat hatimu akan bahagia.


Duhai sayang.
Bukankah kita telah sama berjanji, bahwa di setiap derap hentakan nadi, niscaya hati kita tiada akan bercerai dalam berkasih, namun mengapa sebuah kata maaf kiranya tiada dapat mengupas kebencian yang berkarat, sehingga dunia cinta seakan menjadi senyap manakala napas cintamu tiada lagi berdetak.

Namun bila memang engkau bahagia pada cinta yang engkau anggap lebih sempurna, maka biarlah kutanggung rasa sakit ini hingga di sepanjang usia dan biarlah serpihan serpihan sayang yang tiada khatam, kiranya akanlah terus menduri dalam ingatan.

Ya allah.
Mengapa engkau begitu cepat memalingkan hati sejatiku, karena sesungguhnya tiadalah aku pungkiri bahwa kehadirannya telah menyuburkan ketandusan hati, sehingga di gelap hati yang kemarau kiranya cintamu laksana kilat yang memecah hening gulita malam.

Entah mengapa cintanya masihlah aku inginkan, sedangkan aku tahu bahwa hatinya kini telah berkawan, karena tiadalah aku merasakan cahaya cinta yang lebih cemerlang, yang dapat menerangi laju hidupmu sampai ke ujung penghidupan.


Karena apapun dirinya dan siapapun dirinya, niscaya tiada siapa yang mampu meruntuhkan cinta, karena hatiku telah menjadi milikmu dan selamanya akan menyayangimu, sehingga walaupun lelapku hanya beralas debu, niscaya semua itu tiada akan melunturkan kasih sayangku.

Duhai sayang.
Aku tiada akan menangis di perih takdir yang mengiris, aku tiada akan meronta walau terbakar segunung api di murka dunia, asalkan cinta slalu dalam satu lipatan, asalkan sayang tiada terminal di bumi kasih yang goyah mengguncang.

maka biarlah kini aku pergi, membawa segumpal sesalan dari takdir cinta yang telah engkau lukai, hingga di suatu ketika di senyuman terakhir didih darahku melunak dan engkau menyadari bahwa cinta untukmu adalah lebih berharga dari nyawaku
 - S E N D I R I -

0 komentar