Ketika rasa benci telah menggerogoti sendi hati, terpasung sudah belas kasih terkunci pula malunya diri, hanya rasa dendam yang melambung tinggi, hingga tiada lagi menghirau akan rahasia dari tebalnya keimanan yang sedang teruji.

Entah apa yang terkandung dalam bathinmu, sehingga lincahnya lidah bertingkah laksana totok sihir yang meremuk sukma, sehingga laksana bajra yang meronta memecah langit dan terbahak congkak melempar halilintar, kiranya menara angkuhmu seakan telah lebih mulia dari penguasa kehidupan.

Kunjumgi juga

Adakah hiasan terindah dalam hidupmu telah tercuri, sehingga dengan begitu keji engkau tega menzolimi ataukah alir darah kecurangan memanglah sudah mendinasty, sehingga sahaya yang semula terkasihani kiranya kini ingin menjadi digdaya seperti peri pemimpi.

Karena bila disaat ini engkau dapat bersantap pedas diatas tungku hidangan yang masihlah memanas, namun yakinlah bahwa ikhlasku niscaya akan membunuh mimpi mimpimu, seperti kelelawar yang tersesat di terik sang surya, yang hanya mampu menjelajah namun laksana melangkah di gelap mata.

Maka janganlah engkau percikkan pemantik kebencian, apabila bara fitnahmu kiranya akanlah menjadi karma yang menebar malu sampai engkau tiada bermuka dan suatu ketika sukmamu menjadi baling baling patah yang terombang ambing, terseok merangkak di rimba merana.

Kunjungi juga

Duhai sang pemilik hati batara digdaya.
Tiada dapatkah engkau melepas egomu, seperti para musafir yang rela berpedih di alas keagungan tuhannya,  sehingga tingginya menara keserakahan kiranya tiada lagi menikam pada hati yang terantai oleh ketiadaberdayaan.

Bila keindahan dunia hanya sebuah pinjaman, namun mengapa engkau berlaku congkak dengan seakan melebih kastanya tuhan, sehingga insan bumi yang sama berpayung pada kitab keadilan negeri, kiranya harus tersembelih pada lemahnya nurani dari para algojo berdasi.

Adakah si otak pemikir kiranya telah berjiwa kerdil, sehingga hanya di bawah janji surga seakan engkau telah begitu digdaya mengukir takdir, sedang sangkakala dari kokohnya hukum dunia kiranya tiadalah untuk terangkul hanya kepada insan yang berpunya.

Karena setiap insan tiada akan pernah tahu dengan apa yang telah menjadi rahasia tuhan, ia dapat berdiri tegak pada tahta kesuksesan yang ia pijak ataupun Ia dapat menjadi sahaya dengan sujud membungkuk di bawah telapak tuannya, namum derajat insan tiadalah menjulang kepada siapa yang di agungkan tetapi sejauh mana dirinya menjadi manfaat untuk banyak orang.

Maka janganlah salahkan bila sebutir pasir yang engkau pijak, kiranya suatu ketika akan membuat langkahmu menjadi gelap, sehingga bumi congkak di tinggi engkau berharap kiranya akanlah membuat langkah hatimu laksana keledai yang merangkak di malam yang pekat.

Kunjungi juga
Ya Allah.
Bila di pekatnya malam dapat engkau gulirkan menjadi pagi, namun mengapa sangkakala hati yang pekik menjerit karena tercurangi kiranya tiadalah juga engkau henti untuk menguji.  

Entah haruskah selamanya aku begini, terantai pedih di lekat cengkram cagakpati, sedang elegi syahdu dari bual keserakahan yang mewangi kiranya masihlah menghiasi altar hati yang menjadi redup karena tercurangi.

Adakah karma tuhan telah engkau abaikan, hingga tenung penyamun kiranya telah engkau anggap lebih mulia dari ayat ayat tuhan ataukah hukum keadilan negeri telah engkau anggap begitu murah untuk terbeli, sehingga  engkau telah merasa menjadi pemenang dengan bercongkak di atas pusara harapku yang terbenam.

Karena walaupun aku bukanlah begawan lapar yang melahap malam dengan mantra kanuragan, namun yakinlah bahwa karma tuhan tiadalah akan dapat engkau elakan, sehingga mantra penyamun yang teragungkan, kiranya akan melahap sukmamu yang teracuni oleh kebencian.

Maka janganlah engkau salahkan apabila murka dayang di empat penjuru lautan telah mengibar selendang perang ataupun raung menggelegar dari abdi si runcing tajam yang bersemedi di dasar lembah telah geram untuk mencakar, karena walaupun engkau berkelit selicin belut ataupun bersilat selincah bayang malaikat, niscaya apalah guna engkau menjerit apabila sukmamu telah terseret dan 
- T E R C A B I K -

0 komentar