SEMILIR RINDU DI BUANA KAMPUS BIRU

Ketika bara asmara telah mulai menyala, membakar rembulan kerinduan yang lama terbaring dalam khayalan, menghangus kehampaan yang terlelap dalam buaian, sehingga laksana seribu tahun kemarau yang di terpa hujan sehari kiranya bumi hatiku telah menjadi semi dan di saat itulah aku mulai menyadari bahwa dirimu telah lebih berharga dari jiwa dan asaku sendiri.

Entah mengapa ayat ayat asmara kiranya harus bersenandung mesra di relung jiwa, sedang di antara kita kiranya sedang sama berjuang mengejar cita cita, sehingga panji panji sayang yang megah berkibar kiranya semakin semarak berkarnaval pada hati kita yang slalu sama di landa kerinduan.


kunjungi juga
https://bakot-aldino.blogspot.com/2017/01/dibawah-restunya-tuhanb.html?m=1

Di sini prestasi kita terukir untuk menjadi laskar pemikir yang tiada berjiwa Pandir, di sini jiwa kita di tempa untuk menjadi abdi bangsa yang bernorma dan di sini pula kisah kita berselancar pada megahnya dunia asmara, sehingga hati yang perawan dalam berkasih sayang ataupun jiwa perjaka dalam melafal abjad asmara kiranya tiada terlena akan godaan dunia.

Karena didih darah remaja bukanlah untuk berfoya ataupun berenang di nikmatnya surga dunia, namun untuk berlomba mengasah skill dan imajinasi sehingga anak negeri tiada lagi tersungkur pada megahnya tecnologi.

Maka janganlah engkau melepas kesetiaan, seperti derap sauh yang tergulung gelombang di lajunya kapal, hingga tiba saatnya di antara kita memetik keindahan di sampul biru kehidupan, berpadu syahdu dalam halal kemanjaan.

Kunjungi juga
https://bakot-aldino.blogspot.com/2017/09/cintaku-tiada-bersulang-dalam-kegelapan.html?m=1.
   
Duhai sayang
Entah dapatkah cinta kita menjadi halal dalam akad asmara, sedang tanpa cintamu kiranya langkah hidupku menjadi nelangsa, sehingga manalah mungkin hatiku dapatlah mengelana, apabila laju cintamu masihlah seiring langkah.

Karena walaupun lisanku tiada pernah menaruh janji, namun hati tiada akan mengingkari  dari apa yang sebelumnya kita telah sepakati,  bahwa seteguk embun yang telah menyirna dahaga, kiranya akan menjadi hujan rindu sampai di penghujung usia.

Walau terkadang rasa takut itu seiring datang, bertebal kabut dari resah cinta yang bersorban kemunafikan, namun nyatanya keyakinan hati tiada goyah teruji, bahwa bukit cinta yang sama kita jejaki niscaya tiada siapa yang akan mampu menghalangi.

Karena cintaku tiada tumbuh liar di bingar musik club malam ataupun hanya ingin bermadu syahdu di kemanjaan dari mesranya insan yang lepas oleh nalar, sehingga manalah mungkin hatiku beranjak dari kisah indah, apabila cintamu tiada mengelana kepada cinta yang berbeda.

Maka biarlah mimpi mimpiku selamanya hidup di alam cintamu, seperti juga cita cita kita yang slalu harum di semilir rindu buana kampus biru, hingga saatnya tiba untuk kita melangkah ke tahta terindah dan merajut kasih dalam halal nikmatnya dunia asmara

Kunjunginjuga
https://bakot-aldino.blogspot.com/2017/02/gugur-bbunga-dilereng-gunung-lawu-yang.html?m=1.
           
Duhai kekasih hati
Tiadalah hasratku untuk mencari pangkat di julang derajat ataupun basah bermandi nikmat di usung tandu rakyat melarat, namun sebuah cinta yang tiada mengelana, sehingga arah hidup dan citaku tiada merangkak di terang cahaya.

Karena walaupun di sebelumnya aku tiada pernah tahu kepada siapa hatimu bermukim, namun nyatanya irama rindu yang bernuansa bening di kampus biru kiranya telah membulatkan hatiku untuk slalu menjaga setia bersamamu.

Namun bila suatu ketika nasib cinta tiada lagi bersapa ramah, lemah tersungkur pada harapanku yang mendengkur, niscaya aku biarkan engkau tetap berlari mengejar harapan, membangkit semangat tunas muda untuk menjadi digdaya dalam kearifan bangsa, sehingga tiada lagi derap anyir amis darah anak bangsa yang terkapar terbakar gelora dari demokrasi yang tercakar oleh ulah penguasa.

Karena sesugguhnya negeri ini tiada mebutuhkan orang yang merasa dirinya hebat ataupun si perkasa dengan limpah harta dunia, namun hanya para pemikir brilianlah yang mampu merantai tangan untuk membuat senyum seluruh anak negeri serekah rembulan.

Maka sanggulkanlah egomu seperti para begawan yang telah matang dalam meracik menu kehidupan, sehingga anak negeri tiada menjadi kerbau penarik pedati dan tiada menjadi kurcaci di bawah telapak kaki penguasa negeri yang bertahta nikmat di atas kursi 
- T I R A N I -

0 komentar