DI MANAKAH IMPIAN HATIKU

Ketika cinta telah menjadi hampa, lelap terbius oleh nohtah asmara yang tiada lagi beraksara, sehingga bagai berkubang di pekatnya lautan mega, kiranya hatiku telah menjadi merana, manakala mesranya cintamu hanya menyisa indah di noktah cerita.

Entah mengapa kasih secerah pelangi kiranya harus menjerit perih di suram mimpi, sedang sesungguhnya hatiku masihlah sangat meyayangi, sehingga butiran kasih yang setampi menjadi tiada lagi berseri manakala di luasnya ladang cintamu kiranya kesetiaanku hanyalah menuai setabur benih


Kunjungi juga

Adakah cintamu telah berselir janji, sehingga tiada lagi engkau menghirau akan ratapan hati yang  menjerit pedih dalam menanti ataukah bumi cintamu yang telah berpelangi, sehingga rekatnya kasih hanyalah indah di bibir mimpi.

Karena walaupun harus aku akui bahwa hatiku pernah lari untuk mencari surga dalam berkasih, namun nyatanya aku tiada mampu menyingkirkan bayangan, bahwa hanya dengan keagungan cintamu telah aku temukan kedamaian.

Maka janganlah engkau biarkan khayal kesetiaanku terlelap panjang, seperti bingar rembulan yang lincah berdayung di hening bintang bintang, karena apalah guna bila permata cintaku berkilau namun hanya menerang di antara setumpuk jeram.

Kunjungi juga
Duhai sayang.
Haruskah selamanya cinta ini akan berdekat dalam gelap, sedang purnama kesetiaan yang terjanjikan kiranya masihlah terang bersinar di lubuk harapku yang terbenam, sehingga keriangan yang slalu terimpikan kiranya haruslah terbius lelap di semilir dekapan malam.

Entah haruskah selamanya masa indahku beku, seperti batu segunung yang ribuan tahun menangis haru dalam dekapan salju, sedang purnama kasih sayang kiranya masihlah nampak indah walau hanya terpandang di bingkai khayal.

Tiadakah engkau melihat bahwa bumi cintaku telah menangis, manakala hujan sayang yang engkau janjikan kiranya hanya menyisa kemarau rindu yang senyap dalam penantian, sehingga mekarnya bunga cinta yang tumbuh di taman keikhlasan, kiranya harus menjadi layu di terpa debu debu kerisauan.

Karena semula aku kira bahwa cintamu akan terpahat sampai di segunung liang lahat, namun nyatanya hati yang seakidah kiranya haruslah terpecah oleh jarak yang melontar jauh cinta kita, sehingga hatiku yang di rundung murung kiranya haruslah menjadi terpasung  manakala aku tahu bahwa langkah cintamu tiada lagi erat terangkul.

Maka ayunkanlah langkah hatimu untuk kembali merafal nikmat dari jejak cinta yang pernah sama kita pijak, karena di situ akan engkau temukan jawaban, bahwa masih ada satu cinta yang tiada pernah merunduk, walau nasib cintanya sudah perih terpasung di dasar lubuk.
Ya Allah.
Entah haruskah selamanya aku mengais kasih sayang, sedang di setiap kidung rindu kiranya cintamu seakan telah terlelap panjang, sehingga laksana nada sumbang yang memecah hening malam kiranya cintaku telah menjadi resah di terpa kebimbangan.

Adakah selamanya langit akan tersenyum melihat penderitaanku, sedang sang surya di ujung petang kiranya tiada pernah henti memberi senyuman ataukah rasa cintanya telah melambai perpisahan, sehingga jerit dari riuhnya ratapan kiranya tiada lagi ia terasakan.

Bukankan hati kita telah sama berikrar bahwa di sepayung langit niscaya cinta kita tiada akan terbakar, namun mengapa kini di seribu hujan rindu kiranya hatiku telah engkau buat menjadi sendu, sehingga hijab kesetiaan yang masihlah erat menyelandang kiranya hanya menyisa jerat penantian yang menyakitkan.

Karena walaupun sekali dalam semusim resah hati tiada terbayar sanding, namun derap cinta telah datang mengetuk hati niscaya tiada mungkin aku merelakan cinta pergi, sehingga tiada karya sastra yang tergunting, melukis kanvas api dari setiap lembaran janj yang engkau ingkari.

Maka janganlah engkau membuat hatiku merunduk sedih, seperti semanis janji dikala engkau berpamit diri, sehingga ikrar setia dalam berkasih kiranya tiada hanya menyisa indah di kilau basah dari sejuknya keindahan tetes embun
- P A G I -

0 komentar