DI BAWAH RESTUNYA TUHAN

Ketika harapan tidak lagi tersenyum, bermuram dicelah kerinduan, bermanja dilorong kehampaan, bagai angin yang berhembus, mematah dan memecah butiran kapas yang perlahan terhempas, kiranya hatiku melayang dengan berjuta keinginan, namun aku tersesat kepada harapan yang bersimpang dari tujuan.


Perih rasanya disaat melihat semua orang bersenang, bermanis dan bermanja meninggalkan semua kesedihan, mengubur semua kedukaan, namun nasib cintaku tiada seberuntung dengan mereka yang menjadi harum dengan sesama pasangannya.

Karena inilah diriku yang hanya mampu bermimpi, inilah kidungku yang hanya menepi kedalam nyanyian surgawi dan inilah penderitaanku yang menjadi layu oleh ganasnya murka duniawi.

Maka janganlah cuma melihat cinta dari aksara yang terbaca oleh mata, karena sesungguhnya hatiku kering laksana ranting patah yang lapuk usia, jiwaku merana laksana kuntum bunga yang hilang aroma, hingga bagai kitab cinta yang telah hilang aksara hatiku terlelap dalam gulana.


Duhai sayang
Bila saat ini aku masih sendiri bukanlah karena aku tiada rindu untuk berkasih, namun untuk hati yang dibekali iman, niscaya tiadalah akan mencari pasangan yang bukan dari restunya tuhan.

Bukan tiada kuinginkan tilam sutera berpagar berlian, bukan pula tiada kuimpikan istana megah gemerlap bintang, namun bila cinta yang diharapkan hanya seikat padi yang penuh rebah berisi ataupun sekeranjang anggur yang merah dan ranum, niscaya apalah guna bila lelapku dilanda gelisah.

Karena cintaku tiada tumbuh liar seperti ilalang, sayangku tiadalah bersemi pada ranting yang tumbang, namun sesungguhnya senandung surgalah yang menuntun sayap cintaku terbang.

Maka bila suatu ketika kutemukan halal untuk pasangan berkasih sayang, niscaya cahaya cintaku tiada akan bersinar untuk cinta yang lain, namun hanya kepada satu cinta yang untukku mengadu, hingga takdir menuntun jalanku pada rebahnya usia disenjaku.


Ya Allah?..
Aku berseru kepada sang penguasa langit, aku meratap dan menjerit kepada megahnya cakrawala dan aku meminta agar jiwaku tiada dipenuhi kebencian, akan hujatan, akan cemoohan dari orang orang yang tiada mengerti akan ketidak berdayaan.


Karena telah aku sebut namamu seperti mantra yang melelap tidurku, kupilih jalanmu karena kutau engkau tiada akan menyesatkanku, maka janganlah engkau pertemukan aku dengan hati pendusta yang bersembunyi pada paras mulia, yang membuat layar cintaku menjadi surga namun hatiku laksana sekam yang terbakar bara
– N E R A K A  -

0 komentar