DALAM PELUKAN RINDU

Ketika genderang asmara kiranya sudah tiada mengalun nada indah, dari sebuah harapan suci untuk sama merajut manis dalam bahtera kasih, sehingga hanya riuh dari gemuruh rindu yang slalu menderu, mengguncang pelepah kasih yang terombang ambing di hempas gelombang cinta dan sesalan.

Entah mengapa kisah asmara kita harus menjadi hening, manakala denting cintamu telah berhenti bergeming, sehingga laksana sebotol kosong yang terdampar di rimbunnya pasir, kiranya hatiku telah menjadi mengering, manakala cintamu seakan tiada lagi bersanding.


Adakah hatimu telah meragu akan kesetiaan janji, sehingga ketulusan cintaku hanya untuk pelipur di kala hatimu di rundung sepi ataukah cintamu terlalu sempurna, sehingga tiada pantas bersanding denganku yang rendah berkasta.

Karena bila saja masih ada waktu untuk kita bercurah rindu, niscaya akanlah aku rengkuh bahagia bersamamu sampai di penghujung waktu, namun apalah daya bila takdir langit telah menoktah tinta merah, niscaya hujan tangispun tiada guna, sehingga irama hati yang menembang lirih, kiranya semakin melenakanku pada tilam mimpi yang pedih.

Maka biarlah selamanya cinta ini terpejam, seperti ribuan insan yang terlelap dikala datangnya malam, sehingga laksana cahaya rembulan yang menjadi hening di pekat awan, kiranya cintamu telah membuatku terlelap dalam kesenduan.

Baca juga; 


Duhai sayang.
Entah mau di bawa kemana cinta ini, sedang di buana biru dari luasnya samudra cintaku, kiranya hanya untuk tempatmu bersenang dikala hatimu di rundung kelam, sehingga alam cinta yang gempita seketika memjadi gulita, manakala aku menyadari bahwa cintamu hanya sepenggal hasta.

Adakah terkamu telah menyulutkan bara, sehingga dengan tiada menimbang rasa kiranya engkau tega membuat hatiku terluka ataukah cintamu hanyalah ingin memperdaya, sehingga aku yang berpayung di terik cahaya kiranya laksana berjalan di gelap mata.

Walau sesungguhnya aku menyadari bahwa aku bukanlah dewa yang dapat memberimu cinta dengan sempurna, namun setelah merangkul cintamu, niscaya telah tertutup pintu hati untuk cinta berbeda, sehingga laksana seribu cahaya yang melerai pekatnya mega, kiranya pesona cintamu telah mewarnai laju hidupku menjadi lebih indah.

Karena bila saja di saat itu aku tahu bahwa tiada cahaya cinta di binar matamu, niscaya sudah sejak semula hatiku menjauh, namun apalah daya bila hati sudah bersimpuh di pelukan rindu, niscaya tiada siapa yang dapat menghapus gejolak di ruang qalbu.

Maka biarlah selamanya aku menjadi tanah basah, yang slalu dapat menyuburkan ketandusan dalam hatimu dan aku biarkan bait bait putih dari sisa sisa aksara cintamu, untuk menghiasi setiap lembaran hitam dari perihnya nasib cintaku.

Kunjungi juga


Duhai sayang.
Di bawah tugu hati aku coba merenung diri, untuk slalu berpegang teguh pada kokohnya janji, namun apalah daya apabila murka langit telah mengguncang bahtera kasih, niscaya hanya airmata yang mengalir deras di telaga hati yang perih.

Entah adakah kalam kalam tuhan akan kembali melukis warna cinta kita dengan keindahan, sedang di setiap napas malam kiranya engkau biarkan diriku di renung kesepian, sehingga manalah mungkin aku dapat mengutarakan rasa sayang, apabila dirimu slalu memilih untuk diam.

Karena walaupun seribu cinta bidadari telah datang menggoda beranda hati ataupun berjuta senyum tampan dari ksatria segagah pangeran, namun cinta yang telah mengakar, niscaya tiadalah akan tergoyahkan.

Maka janganlah cintaku engkau jadikan dadu pengundi, yang apabila tiada bernilai kemudian cintaku engkau abaikan, sehingga laksana murka samudra yang menampar dinding karang, kiranya hatiku telah menjadi remuk redam manakala cintaku engkau lupakan.

Ya Allah..
Menapakah harus engkau ciptakan luka pada hati yang tulus mencinta, sedang bunga bunga rindu yang menebar harum di istana qalbu, kiranya tiada akan pernah berbau walaupun seribu penderitaan akanlah menguji kesetiaan
- C I N T A K U -

0 komentar